Quantcast
Channel: Mahasiswa UNS – Universitas Sebelas Maret
Viewing all 1144 articles
Browse latest View live

Perjalanan Meniti Karier A la Irwan Setyawan

$
0
0

Irwan Setyawan, S.Sos., M.I.Kom., telah lama berkiprah dalam dunia jurnalistik. Pada tahun 1988, Irwan mendaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS. Pria yang mengawali karier jurnalistiknya sebagai wartawan Jawa Pos ini mengaku, bahwa berkuliah di FISIP UNS mulanya hanya sebuah pilihan yang ia jatuhkan secara acak saja. Menjadi mahasiswa UNS melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Irwan sengaja memilih lokasi kampus yang memang jauh dari kota tempat lahir dan tempat tinggalnya, Jakarta. “Saat itu, saya juga tidak membayangkan kalau bisa diterima melalui jalur khusus tersebut,“ begitu tuturnya.

Alumni UNS, Irwan Setyawan, S.Sos., M.I.Kom.,

Alumni UNS, Irwan Setyawan, S.Sos., M.I.Kom.,


Pria kelahiran Jakarta 46 tahun silam ini merasa bahwa ilmu komunikasi adalah bidang yang teramat baru baginya, kala itu. Maka, ia mengikuti perkuliahan dengan antusias penuh. Semasa kuliah, pria yang semasa SMP dan SMA aktif dalam OSIS ini juga melakoni berbagai kegiatan selain belajar di kelas. Irwan aktif di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) fakultas, FISIP Fotografi Club (FFC), dan sempat menjabat sebagai ketua pada tahun 1989 – 1991. Irwan juga pernah menjadi pemimpin perusahaan di Majalah Setala, sebuah majalah komunitas di kampus FISIP. Bersama teman-temannya, Irwan menjadikan Setala sebagai sarana komunikasi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS 88. “Majalahnya sangat sederhana dalam bentuk foto kopian dan sampul sederhana, lebih tepat disebut buletin,” jelasnya.

Pada semester dua, Irwan membuka usaha berjualan perangko bekas. Kegiatan ini melatihnya bekerja sama dengan pihak luar, yakni Kantor Pos Besar Surakarta. Usaha ini, selain menampung kegemarannya, juga mewadahi para filatelis di daerah Surakarta. Sifat Irwan yang pekerja keras dan senang mencoba hal-hal baru, tak berhenti pada usahanya berjualan perangko bekas. Setahun kemudian, ia juga membuka usaha sablon dan percetakan bersama kawan-kawannya dari FISIP dan Seni Rupa UNS. Usaha kecil-kecilan itu ia jalani hingga menjadi mahasiswa semester enam. Irwan juga pernah mengisi salah satu acara dialog anak muda di Radio PTPN Solo bersama teman-teman Ilmu Komunikasi UNS. Keterlibatannya dalam dunia penyiaran itu ia jalani sejak semester tiga.

Pria yang juga gemar bermain basket ini mengawali kariernya bersama Jawa Pos sejak masih menjadi mahasiswa semester enam. Ia menceritakan, di semester enam, ia mengikuti Kuliah Kerja Media Massa (KKMM) dan mendapatkan tempat di Harian Jawa Pos Biro Solo. KKMM yang ia ikuti selama tiga minggu, ternyata berujung pada penawaran untuk menjadi wartawan Jawa Pos.

Menjadi wartawan Jawa Pos di sela-sela kuliahnya, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Irwan. Kendati demikian, Irwan mengiyakan bahwa studinya nyaris berantakan sejak bergabung dengan Harian Jawa Pos. Seperti wartawan pada umumnya, Irwan mengerjakan tugas liputan di berbagai kota. Ia memulai tugasnya dari kota Solo, lalu berpindah ke Jogja, Semarang, dan sempat dipindahkan ke Surabaya, hingga kembali lagi ke Semarang. Di saat-saat yang menyibukkan dirinya itulah ia mendapat telepon dari ketua jurusan Ilmu Komunikasi karena masa studinya sudah lebih dari tujuh tahun. Saat itu, Irwan terancam di-drop out (DO) bila tidak segera menyelesaikan skripsinya. “Saya ngebut mengerjakan skripsi. Akhirnya saya lulus ujian skripsi tepat 7,5 tahun lebih sehari,” kenangnya.

Namun, perjuangan Irwan pada masa-masa awal menjadi wartawan telah menempanya hingga saat ini. Kini, pria yang pernah menjadi pengurus Persatuan Filateli Indonesia cabang Solo ini telah menjadi pemimpin redaksi di Jawa Pos TV. Pencapaian ini, tentu saja tak bisa ia dapatkan dengan mudah. Selama perjalanan kariernya di bidang jurnalistik, pria yang sekarang menjadi Ketua Bidang Media Cetak Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat ini pernah menjadi perintis berdirinya Harian Indopos, Radar Kudus, dan Satria Pos atau yang juga dikenal sebagai Radar Banyumas.

Berkaitan dengan kariernya yang terbangun sejak mahasiswa ini, Irwan mengaku bahwa keluarganya memiliki peran yang sangat besar. Menurutnya, ketika seseorang meniti karier yang lebih tinggi, ada beberapa hal yang harus rela dikorbankan, termasuk waktu untuk keluarganya. Di sinilah, baginya, rasa saling pengertian dan dukungan penuh dari seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan.

Ditanya mengenai harapannya untuk UNS, Irwan menitipkan pesan untuk para mahasiswa di UNS agar memanfaatkan segala potensi selama kuliah. Menurutnya, pengembangan potensi ini penting untuk mengembangkan kemampuan individu. Berdasarkan pengalamannya semasa menempuh studi di UNS, Irwan menuturkan bahwa bila waktu mahasiswa hanya diisi dengan kuliah saja, kitalah yang akan rugi sendiri.Pria yang sesekali menyelipkan tawa kecilnya ketika dihubungi melalui telepon ini mengaku bangga terhadap nama almamaternya tercinta. Irwan juga mengatakan bahwa seluruh mahasiswa UNS bertanggung jawab untuk mengenalkan nama UNS kepada masyarakat. “Di kalangan praktisi media, saya kira mengenal UNS karena alumninya berkualitas dan mampu menunjukkan keunggulannya. Jadi, jangan merasa minder,” pungkasnya. [*]

The post Perjalanan Meniti Karier A la Irwan Setyawan appeared first on Universitas Sebelas Maret.


dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD, Mengenal Kesahajaan Kepala RSPAD Gatot Subroto

$
0
0

Ia dikenal sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Di tengah kesibukannya, pria bernama lengkap dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD ini mau menyempatkan diri diwawancarai oleh tim penyusun. Menjelang sore hari, ketika dihubungi melalui telepon, Ponco menjawab segala pertanyaan dengan ramah. Logat Jawa Tengah yang khas, terdengar masih kental dalam suaranya.

Alumni UNS, dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD

Alumni UNS, dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD


“Ah, masa, sih, nama saya ada di situ?” tanya dokter kelahiran 1958 ini ketika tim penyusun mengaku sempat membaca nama Ponco di berbagai situs berita sebagai Tim Dokter Kepresidenan. Tawa kecil terdengar dari suaranya, berusaha merendah bahwa dirinya tidak cukup terkenal untuk tercantum di situs berita nasional.

Dibesarkan oleh orang tua yang tidak memiliki latar belakang dokter, Ponco terinspirasi oleh ayahnya yang bekerja sebagai tentara kesehatan. Berangkat dari hal itulah, pria yang pernah mengenyam pendidikan menengah atas di SMAN 5 Surakarta ini memilih Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sebagai pendidikan tingginya. Ponco mengaku ingin menjadi lebih baik dari ayahnya. Selepas lulus SMA, FK ia rasa sebagai pilihan fakultas yang bagus di UNS. Maka, ia pun memutuskan mendaftarkan diri. Bagi Ponco, menjadi dokter adalah salah satu cara berkontribusi bagi negeri. “Saya masih merasa biasa saja, tidak ada yang istimewa dari saya,” tutur pria yang dulu pernah menjadi kepala RS di Timor Timur ini.

Ponco mengaku tak menyangka akan menjadi salah satu alumni UNS terbaik dalam Dies Natalis ke-39 UNS 2015. Pria yang kini menetap di Jakarta ini lulus dari Fakultas Kedokteran UNS pada tahun 1985. Kepada tim penyusun, Ponco menceritakan perjalanan studi dan kariernya hingga sekarang ini. Ia juga bercerita tentang prosesnya menempuh pendidikan militer setelah lulus dari Fakultas Kedokteran UNS. Sifatnya yang pekerja keras dan ulet, telah menuntunnya menjalani karier kedokteran hingga kini menjadi dokter subspesialis bedah digestif. Setelah lulus dari UNS, Ponco menempuh wajib militer selama empat bulan sebelum dilantik menjadu letnan pada 1986. “Saya menjalani langkah bertahap, menjadi tentara, dokter batalyon, dokter TNI, dan seterusnya,” jelasnya.

Menjadi dokter TNI dan bekerja dalam instansi angkatan darat, Ponco mengaku terlatih dalam hal kedisiplinan dan keamanan terkait kode etik dokter yang harus dipatuhinya. Dokter yang menamatkan pendidikan dokter spesialis di Universitas Padjajaran ini juga menceritakan, untuk meniti karier dokter, seorang lulusan kedokteran bisa memilih beberapa jalur, yakni TNI, pendidikan, dan Kemenkes. Kala itu, Ponco lebih memilih bergabung dengan TNI meski tidak semua orang mengetahui bahwa dokter bisa mengembangkan pendidikannya dengan menjadi TNI. “Selain pangkat, di TNI, dokter bisa mengembangkan karya dan pendidikan mereka,” tutur Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan.

Ketika berkuliah di UNS, Ponco lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan berolahraga. Pria yang lahir, tumbuh, dan besar di kota Surakarta ini bahkan pernah mengikuti Karate Lemkari di sela-sela waktu kuliahnya. “Saat ini saya masih senang berolahraga, tapi paling-paling hanya jogging atau pun bersepeda,” kata Brigadir Jenderal TNI ini.

Meski mendedikasikan hidupnya dalam dunia kesehatan, Ponco mengaku tak pernah mengharuskan anak-anaknya menempuh pendidikan dokter. Ayah tiga anak ini membebaskan anak-anaknya untuk memilih bidang studi mereka masing-masing. Sembari tertawa kecil, ia menceritakan ketiga anaknya yang masing-masing mengambil bidang psikologi, hukum, dan ekonomi.

Hingga kini, dokter yang menjadi pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia–IKABDI Pusat—ini masih terus mengikuti perkembangan kampus UNS Surakarta. Ponco mengaku sangat salut dan bangga atas akreditasi A yang diperoleh UNS. Ia juga berharap, UNS terus berkembang, dan Fakultas Kedokteran UNS terus meningkatkan kualitas sehingga mampu mencetak lebih banyak dokter profesional yang berkontribusi bagi dunia kesehatan Indonesia.

“Semoga semakin banyak dokter profesional lulusan UNS, yang berkiprah di dunia kesehatan, tidak hanya di wilayah Jawa Tengah, tetapi juga nasional,” ujar Ponco menyampaikan harapannya untuk UNS di usia yang ke-39 tahun. [*]

The post dr. Ponco Agus Prasojo, Sp.B-KBD, Mengenal Kesahajaan Kepala RSPAD Gatot Subroto appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Dra. Sri Hartini, M.Si. : Berjuang untuk Masyarakat Tradisi

$
0
0

Keberuntungan datang kepada perempuan asal Wonogiri ini ketika ia dinyatakan lulus dari Universitas Sebelas Maret, 31 tahun silam. Setidaknya, satu langkah berhasil ia capai untuk mengejar cita-citanya yang sederhana, sebagai pegawai negeri. “Kuliah di UNS saja sudah sangat beruntung, namanya juga dari daerah,” kenang perempuan asal Wonogiri ini. Lulus dari jurusan Filsafat Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS Sri Hartini, nama perempuan itu, kini menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Ditjenbud, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Alumni UNS, Dra. Sri Hartini, M.Si.

Alumni UNS, Dra. Sri Hartini, M.Si.


Pencapaian saat ini ia tempuh melalui perjalanan panjang dan kesabaran. Siapa sangka, Sri pernah menjadi sekretaris para artis di Taman Ismail Marzuki. Sebagai perempuan muda dari daerah yang selalu memegang teguh pesan ayahandanya, awalnya Sri ragu ketika ada orang yang menawari pekerjaan sewaktu ia mengantre pembuatan kartu kuning di Jakarta. “Bapak selalu bilang waspada kepada orang asing. Ini malah ada orang yang menawari pekerjaan. Katanya susah mencari pekerjaan, saya malah ditawari pekerjaan,” ujarnya membuka kenangan di awal karir. Meski ragu, keesokan harinya, Sri pergi ke kantor yang dimaksud dan diterima tanpa memasukkan surat lamaran. Saat itu, ia berpikir tak ada salahnya mencoba sembari menunggu formasi penerimaan pegawai negeri dibuka. Perkerjaannya saat itu mengatur jadwal para artis termasuk mengurus perjalan ke luar negeri saat akan pentas.

Setahun kemudian, lowongan pegawai negeri dibuka. Ada salah satu formasi yang membutuhkan satu sarjana filsafat. “Saya mendaftar saja, yang penting ada filsafat-filsafatnya. Dan saat itu saingan berat dari lulusan UGM yang sudah menjadi pegawai honorer pula,” tutur Sri. Terdengar dari suaranya, ia tersenyum mengingat begitu percaya dirinya pada waktu itu. Perempuan kelahiran 25 Juli 1960 ini mengikuti hampir semua tahapan seleksi. Sampai pada tahapan screening, ia ditanya oleh penguji tentang kealpaannya di tahap sebelumnya. Sri berdalih, biasanya calon yang sudah pernah menjadi pegawai honorer mempunyai peluang lebih besar. Rupanya, dugaan Sri salah. Di hari pengumuman, terdapat nama Sri Hartini yang berarti dirinya dinyatakan lolos sebagai pegawai negeri. “Saat itu saya tidak tahu dan tidak ada gambaran seperti apa pekerjaan yang akan saya hadapi. Yang penting lolos,” kelakar Sri.
45-Dra. Sri Hartini, M.Si.
Sri Hartini, perempuan asal Wonogiri ini pernah menjabat sebagai Kasi Dok-Pus Kementerian Pendidikan Nasional (1995); Kasi Sosialisasi NIL Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2001); Kasi Kajian dan Sosialisasi, Kemenbudpar(2002); Kabid Kepercayaan Terhadap Tuhan YME, Kemenbudpar (2003); Kasubdit Kelembagaan, Kemenbudpar (2003); kabag kepegawaian dan Organisasi Kemenbudpar (2009); dan Kabag Hukum dan Kepegawaian, Ditjenbud, Kemendikbud (2012). Yang terakhir, sejak Februari 2014 ia menjabat sebagai Direktur Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Ditjenbud, Kemendikbud hingga kini.

Berhubungan dengan pekerjaannya saat ini, Sri bersentuhan dengan masyarakat tradisi, komunitas adat, organisasi kepercayaan dan mengurusi tentang kepercayaan lokal, serta nguri-uri tradisi. “Berbicara tradisi itu, berarti bicara tentang upacara, perilaku, norma, pengobatan bahkan hingga pakaian,” terang Sri. Kelompok Samin, Badui, Marapi adalah contoh garapan pekerjaan Sri saat ini. Bagi Sri Hartini, tantangan dalam pekerjaannya justru datang dari masyarakat dan pemerintah lokal bukan dari objek sasaran. “Bagaimanapun kita tidak bisa memaksakan sebuah kepercayaan. Membuat masyarakat sekitarnya mengerti, itulah yang sulit. Memaksa, berarti melanggar undang-undang,” ujarnya menjelaskan. Sri menambahkan, dalam sebuah tradisi, ada tradisi yang bisa dilestarikan ada yang tidak. Begitu juga tradisi kemarin, sekarang dan yang akan datang harus dipikirkan keberlangsungannya. “Yang saya perjuangkan saat ini adalah bagaimana masyarakat tradisi dan daerah terpencil yang terdiskriminasi harus dilayani oleh pemerintah,” ujarnya dari ujung sambungan telepon.

Bekerja membawa almamater. Itulah salah satu pegangan Sri Hartini dalam bekerja. “Kadang ketika ada suara-suara tidak enak, saya mengingatkan kepada rekan bahwa kita membawa nama almater. Tingkah laku dalam bekerja harus diperhatikan,” terangnya. Selain itu, menganggap pekerjaan sebagai amanah adalah kunci lain yang membuat setiap langkahnya terasa ringan karena ikhlas. Di awal karirnya, Sri harus melaju dari Bekasi ke Jakarta menggunakan vespa kesayangan. Perempuan tangguh ini berujar, ”Perjuangan hidup di Jakarta itu berat, enak hidup di Solo.”

Pencapaiaan saat ini, tak lepas dari dukungan keluarga. Untuk memenuhi pekerjaannya, tak jarang Sri Hartini harus ke daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia. Dukungan keluarga yang mengalir kepadanya, membuat Sri ringan mengemban tugas ini sebagai amanah. “Ibu adalah pendidik yang pertama dan utama. Ayah itu nomor dua. Begitu yang kami terapkan di keluarga,” ujar Sri tak lupa tentang keluarganya. Bagi ibu tiga anak ini, pendidikan diawali dengan disiplin. Pendidikan agama juga diterapkan sedini mungkin kepada anak-anaknya. Saat ia dan suami bekerja, ada asisten rumah tangga yang membantu mengawasi anak-anaknya. Asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama 24 tahun di keluarga Sri bahkan sudah dianggap sebagai bagian dari keluarganya.

Berbicara tentang almamaternya, Sri Hartini merasa bangga atas pencapaian UNS hingga saat ini. Di dunia kerja, lulusan UNS sudah terbukti mampu bersaing dengan lulusan universitas bonafit lainnya. Banyak lulusan UNS yang menduduki posisi penting di perusahaan besar maupun pemerintahan. Banyak pula lulusan yang mengabdi sebagai akademisi. “Semoga UNS mampu mencetak manusia yang unggul dan berkarakter,” harap Sri.[*]

The post Dra. Sri Hartini, M.Si. : Berjuang untuk Masyarakat Tradisi appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Tri Endah Lestari, S.Si., Mengidolakan Albert Einstein

$
0
0

Idola seringkali membuat seseorang termotivasi untuk menjadi seperti idolanya. Tak menutup kemungkinan termasuk dalam bidang keilmuan. Hal tersebut juga berlaku bagi Tri Endah Lestari. Lulus dari SMU N 1 Kebumen, awalnya Endah merasa tidak terlalu paham akan jurusan yang ada di universitas. Perempuan kelahiran tahun 1979 ini sempat melirik kuliah di bidang teknik karena pada dasarnya menyukai menghitung dan mengutak-atik rumus. Mengaku mengidolakan Albert Einstein, membawa Endah akhirnya memutuskan memilih kuliah di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret.

Tri Endah Lestari, S. Si., Alumni Berprestasi 2015

Tri Endah Lestari, S. Si., Alumni Berprestasi 2015


Setelah berhasil lolos masuk ke UNS dan diterima di Jurusan Fisika dalam jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) kala itu, ternyata Endah menjadi mahasiswa angkatan pertama di jurusan ini. Tidak adanya kakak tingkat sebagai tempat bertanya, sarana perkuliahan yang belum maksimal, semua baru saja dimulai, hal tersebut tentunya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi mahasiswa angkatan pertama.

Mahasiswa benar-benar dituntut untuk mandiri, apalagi belum adanya teknologi secanggih saat ini. Endah juga mengisahkan bahwa buku-buku teks untuk menunjang perkuliahan dalam bahasa Indonesia masih terbatas sehingga mahasiswa harus menerjemahkan sendiri. Tanpa sadar, hal ini justru memberikan manfaat lain bahwa mahasiswa menjadi terbiasa dengan bahasa asing. “Modulnya bahasa Inggris, jadi harus menerjemahkan karena sudah terbiasa jadi keasyikan menerjemahkan sambil mengerjakan,” terangnya.

1504101_3921085162964_343362865_n
Selesai menamatkan kuliah di Jurusan Fisika, Endah mengungkapkan bahwa apa yang diperolehnya saat dibangku kuliah, ia rasa tidaklah cukup untuk memasuki dunia kerja karena lebih banyak ke teori saja. Pekerjaan yang ia dapatkan saat ini juga masih jauh dari harapan, dalam artian seharusnya sebagai seorang fisikawan yang idealis tentunya ia berharap bisa menekuni bidangnya dengan baik misalnya saja menjadi peneliti, atau bekerja di lembaga penelitian. Seperti keinginan lazim dari orang yang memang bertujuan mengambil kuliah di Jurusan Fisika untuk kemudian benar-benar bisa terjun di bidang ini setelah lulus.

Walaupun kurang sesuai dengan bidang fisika, tetapi Endah menyebutkan bahwa dasar dari ilmu fisika tetap dibutuhkan dan menunjang pekerjaannya saat ini sebagai konsultan produk kesehatan di PT Roche Indonesia. Berpusat di Swiss, perusahaan asing ini menawarkan produk original, juga berperan dalam penemuan, pengembangan, produksi, dan pemasaran solusi pelayanan kesehatan terbaru. Dengan banyaknya produk tiruan yang beredar di Indonesia, perusahaan ini meneliti dan juga menjamin produk yang kemudian disarankan ke masyarakat. Jadi tidak hanya menitik beratkan kepada penjualan saja, tetapi juga menekankan pada kualitas produk.

Selain itu, menurutnya ilmu yang diperoleh semasa kuliah dibutuhkan pula untuk menghitung, dan juga masih ada kaitannya dengan Ilmu Matematika. Manfaat lain yang dirasakan saat kuliah adalah pikiran menjadi lebih sistematis dan yang terpenting adalah bagaimana kemudian terbentuknya pola pikir. “Bidang Fisika dasarnya yang dipakai, Matematika juga kepakai, jadi sistematis, terpakai untuk pola pikir juga,” tutur Endah.

Pada masa itu untuk Jurusan Fisika sendiri, juga mengarah untuk menjadi guru setelah lulus. Tapi setelah berpikir, jika menjadi seorang guru menurutnya hanya akan menetap di daerah saja, sementara Endah memiliki keinginan agar bisa kebanyak daerah. Dan melalui pekerjaannya yang sekarang inilah keinginannya tersebut bisa sekaligus terwujud, sekaligus mengantarkannya untuk mengunjungi beberapa negara diantaranya Thailand, Singapura, Jepang, juga berkesempatan ke Macau dan Hongkong.

“Kehidupan bukan selembar kertas, tapi penerapan di kehidupan” sebuah pandangan hidup yang dimiliki oleh Endah. Bagaimana hidup lebih dimaknai dengan diterapkan apa yang sudah diperoleh. Terkait hal akademis, Endah sebenarnya memiliki keinginan untuk melanjutkan lagi, namun terkendala beberapa hal lainnya, dan mencoba untuk lebih realistis.

Semasa kuliah, Endah sempat ikut mendirikan Himpunan Mahasiswa Jurusan Fisika dan juga terlibat di Badan Eksekutif Mahasiswa MIPA. Haryono menjadi salah satu dosen yang cukup berkesan bagi Endah. Baginya, dosen tersebut memiliki pola pikir dan wawasan yang luas dan bisa menulari mahasiswanya ke arah yang lebih positif serta berpikiran terbuka. Selain itu, dosen tersebut juga dianggap memberikan gambaran secara nyata bagaimana kemudian penerapan ilmu fisika di kehidupan nyata.

Harapan Endah yakni setiap mahasiswa yang lulus nantinya tidak dimodali dengan teori saja. Sehingga setelah lulus tidak bingung untuk mencari kerja. Ia juga berpesan agar mahasiswa juga membekali diri dengan kemampuan lainnya. Dicontohkan oleh Endah diantaranya, kemampuan akan relationship, di mana seseorang kemudian bisa membangun sebuah hubungan dengan baik, kemampuan bahasa, dan juga kemampuan berkomunikasi. Berangkat dari pengalamannya selama ini, Endah dapat menyimpulkan hal-hal tersebut kelak akan sangat berpengaruh di dunia kerja. Seperti kemampuan bahasa asing misalnya, bisa membuat posisi seseorang menjadi lebih tinggi dalam sebuah perusahaan.

Endah juga mengingatkan kepada mahasiswa yang saat ini masih kuliah agar tidak seperti dirinya dahulu yang cenderung “kuper”, lebih banyak menghabiskan waktu hanya dengan kuliah kemudian pulang, atau di perpustakaan, kos, dan kantin saja. Tetapi mahasiswa juga harus mau untuk membaur dengan lainnya untuk bersosialisasi. [*]

The post Tri Endah Lestari, S.Si., Mengidolakan Albert Einstein appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Dr. Ir. Maman Suherman, M. M., Menuai Sukses dari Perantauan

$
0
0

Namanya Maman Suherman. Alumni S1 Agronomi UNS angkatan tahun 1979 yang kini tengah menjabat sebagai Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi di Kementerian Pertanian. Sosoknya begitu bersahaja dan ramah. Bersama istri, Wikawati dan dua orang anak, Zena dan Dava, ia menjalani rutinitasnya di Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Jabatan tinggi di Kementerian Pertanian itu diraihnya dengan usaha dan kerja keras. Salah satunya dengan meninggalkan kampung halaman/merantau semasa kuliah. Setelah lulus dari SMA N Kuningan, Jawa Barat, Maman memutuskan melanjutkan pendidikan di Kota Solo.

Dr. Ir. Maman Suherman, M. M.

Dr. Ir. Maman Suherman, M. M.


Jarak Solo – Kuningan yang tidaklah dekat, membuat Maman mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang tempat mencari ilmunya tersebut. Akhirnya, lewat teman kakak kelasnya, ia tahu bahwa di Kota Solo ada universitas negeri baru. “Saya dapat informasi dari teman kakak kelas yang kuliah di Yogya, bahwa ada Universitas Negeri baru di Solo, yang fasilitas dan jurusannya lengkap, sehingga banyak pilihan,”terangnya lewat surat elektronik. Selain itu, Maman juga mendengar informasi bahwa universitas tersebut berencana akan menjadi universitas terbesar se-Asia Tenggara. Informasi-informasi yang ia peroleh tersebut, membuatnya yakin untuk berkuliah di UNS. Walau tak banyak teman SMAnya yang ikut mendaftar, ia tetap memantapkan hati untuk memilih UNS.

Setelah dinyatakan diterima di UNS, Maman tak menyia-nyiakan kesempatan untuk kuliah. Dengan berpegang teguh pada prinsip kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tekun, akhirnya ia resmi mendapat gelar Ir (Insinyur) pada tahun 1984. Tak berhenti di strata-1 saja, pria kelahiran Kuningan tersebut kembali meningkatkan kemampuannya di Sekolah Tinggi Ekonomi IPWIJA Jurusan Marketing, Jakarta dan lulus tahun 1996. Lalu mendapat gelar doktor di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan Manajemen Pendidikan dan lulus pada tahun 2011.

Tak ada perjuangan yang sia-sia

Seperti yang pernah disampaikan Andri Rizki P, Pendiri Yayasan Peduli Anak Bangsa (YPAB) Jakarta dalam bukunya berjudul Orang Jujur Tidak Sekolah, bahwa kelak setiap perjuangan, usaha, dan kerja keras pasti akan terbayarkan. Itu semua hanya masalah waktu.

Begitu pula dengan Maman Suherman. Kini ia dapat menikmati hasil kerja keras yang telah ia usahakan selama ini. Perjalanan waktu telah mengubah keadaannya. Maman mengisahkan perjalanan karirnya. Setelah lulus dari UNS pada tahun 1984, ia kembali merantau ke Jakarta. Saat itu tujuannya adalah melamar kerja pada Departemen Pertanian. Berbagai tahapan seleksi pun diikuti dengan baik, akhirnya setahun selepas wisuda, Maman diterima menjadi honorer dan baru diangkat CPNS bulan September 1986.

Ia juga pernah terlibat dalam proyek bernama Secondary Food Crops Development Project (SFCDP-USAID) pada tahun 1986 sampai 1990. SFCDP-USAID merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat (USAID). Tujuan diadakan proyek tersebut untuk mengembangkan tanaman pangan sekunder di Indonesia.
Bergelut di Kementerian Pertanian selama kurang lebih 26 tahun, membuat sosok yang satu ini semakin memahami dunia pertanian di Indonesia. Sehingga pada tanggal 8 September 2011, Maman diberi tanggung jawab menjadi Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi. Sebelumnya, ia pernah menjadi sekretaris proyek usaha intensifikasi, pemimpin proyek, Kasubdit (Kepala Sub Direktorat), Kepala Bagian Umum, hingga Kepala Bagian Keuangan dan Perlengkapan pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Menurutnya setiap orang dapat menjemput kesuksesannya masing-masing. Tentunya tidak dengan instan seseorang langsung meraih sukses. Perlu adanya usaha yang sungguh-sungguh. Kemudian terus belajar meningkatkan profesionalitas diri, bergaul seluas-luasnya dengan banyak kalangan, dan tak lupa untuk merefresh jiwa kita dengan olahraga, bersenandung, juga bersantai di waktu luang. Maman juga mengingatkan untuk senantiasa berdoa setiap saat. “Tuhan pasti akan selalu melindungi kita semua,”imbuhnya.

Di tengah kesibukan menyukseskan Upaya Khusus Pencapaian Swasembada Berkelanjutan Padi dan Swasembada Jagung serta Kedelai, Maman memiliki harapan untuk almamater tercintanya. Ia berharap UNS menjadi perguruan tinggi terbaik tingkat internasional. “UNS menjadi salah satu Perguruan Tinggi terbaik tingkat internasional/global dan sebagai salah satu universitas terbesar di Asia Tenggara seperti harapan pendahulu,”tukasnya penuh harap. [*]

The post Dr. Ir. Maman Suherman, M. M., Menuai Sukses dari Perantauan appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Najib Amrullah, S.Sn., Seni Itu Ibadah

$
0
0

Kegemarannya melukis sedari kecil mengantarkan pria ini menjadi pelukis profesional. Tak tanggung-tanggung, pameran di dalam maupun di luar negeri sering ia jajaki. Dialah Najib Amrullah, seniman tanpa batas lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Seni Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa tahun 1995 silam. Ayahnya memiliki peran penting mengantarkan pria kelahiran Tuban hingga posisi sekarang. Sewaktu kecil ayahnya sering bertutur cerita-cerita dari Raden Saleh. “Meski Bapak saya seorang kyai, beliau sangat moderat dan mendukung kegemaran saya melukis pada waktu itu,” ujar Najib dari ujung sambungan telepon.

10269582_10200847597151080_1101637282281927560_n
Hijrah dari Tuban ke Solo, Najib membawa keyakinan, UNS mampu mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pelukis profesional. “Dulu di Solo hanya UNS yang memiliki jurusan Seni Murni Lukis, STSI pada waktu itu lebih ke Jurusan Kriya,” katanya sembari membuka kenangan 20 tahun silam. Tahun 1988 masuk UNS, baru tahun 1995 ia lulus menyandang gelar sarjana seni. “Saya dulu tidak kerasa lulus. Pada waktu itu ada kebijakan, setelah berhasil menyelesaikan beberapa tugas, saya dinyatakan lulus,” kenang pria kelahiran April 47 tahun silam.

Bagi sebagian orang, hidup sebagai seniman itu adalah hidup dengan ketidakpastian. Najib sadar betul akan hidup seorang seniman. Namun, hobi membaca buku sedari kecil telah membuka pandangan lain bagi pria yang mengidolakan pelukis Affandi, Basuki Abdulah, dan Raden Saleh ini. “Saya anggap profesi seniman seperti profesi pada umumnya. Namun, saya tidak lantas melacurkan diri sepenuhnya. Saya harus berpikir cara untuk survive,” terang Najib. Cara bertahan yang dimaksud Najib adalah melalui peluang-peluang lain seperti dirinya yang belajar melukis foto. “Dengan cara seperti itulah yang mampu mendekati pejabat untuk membeli lukisan saya,” tambah Najib.
najib
Rasa terpanggil menjadi seorang pelukis bukan isapan jempol bagi seorang Najib Amrullah. Sewaktu di SMA, Najib muda sudah mengantongi kejuaraan melukis. Semasa kuliah, meski statusnya masih seorang mahasiswa, ia sudah sering melalukan pameran di daerah-daerah seperti Solo, Malang dan Yogyakarta. Tak lazim untuk sebuah pameran, justru dialah yang mengajak dosen untuk bergabung dengan pamerannya. Agus Sumargo, Agus Brewok, Nurate adalah dosen-dosen yang pernah ia ajak pameran. “Dulu saya yang paling muda, dan sering diplekoco bikin lukisan segala macam dan iuran paling banyak,” ujarnya sembari tertawa. Lucunya, sewaktu pameran hanya lukisannya lah yang terjual. “Gusti Allah mboten sare. Lukisan saya terjual satu juta rupiah, di tangan Purnomo Karsidi,” kenangnya bangga. Satu juta rupiah di tahun 1994 merupakan nominal yang sangat besar pada waktu itu. Purnomo Karsidi adalah seorang pejabat pemerintahan di Jawa Timur itu membeli lukisan sapi milik Najib. Momentum itulah yang semakin membuat Najib yakin, “seni bisa menghidupi.” Kini, tak hanya dikenal di Indonesia, lukisan-lukisan Najib banyak yang diburu kolektor asing.
najib 2
Sebagai seorang pelukis, ada beberapa karya yang memiliki nilai lebih di mata bapak empat anak ini. “Yang lucu, sewaku SD lukisan kuda saya laku Rp750,” kenang Najib. Suaranya berhenti sejenak, sepertinya ia menerawang kenangan manis dari karya sederhanya. Najib melanjutkan cerita, si pembeli adalah seorang kusir dokar. Sang kusir tertarik dengan lukisan kuda milik Najib kecil itu. Lukisan yang juga memiliki kesan mendalam bagi Najib adalah lukisan teranyarnya baru-baru ini. Lukisan abstrak yang terinspirasi dari alam itu berukuran 5 x 2,5 meter. “Saya puas melukis dengan ukuran yang besar,” ujarnya.

Melukis itu ibadah, dharma bakti. Begitu cara Najib menggambarkan makna dari lukisan. Dengan sabar, Najib menjelaskan, dengan melukis ia mampu memperkaya khazanah budaya. “Saya bisa bercerita apa saja, berideologi, sering juga hanya sekadar rekreasi dan terapi atas sesak suntuknya remeh temeh beban hidup. Dari melukis saya menghidupi keluarga. Itu ibadah,” ujarnya. Namun bagi Najib, sebebas apapun seni masih ada batasnya. Najib menggambarkan dengan sederhana. Masyarakat umum memiliki penafsiran yang beragam atas lukisan perempuan nude. Sewaktu menggambar torso perempuan misalnya, tidak dilukiskan secara detail. “Fineart bukan berarti pornografi,”ujarnya tegas. Ia menambahkan, yang membatasi tentu kesepakatan dalam masyarakat dan norma.

Dukungan dari istri dan empat putri cantiknya semakin mengukuhkan Najib pada posisi saat ini. “Istri seorang seniman harus nerima dan mendukung lewat doa-doanya,” ujar Najib tersipu malu. Najib tidak memaksakan buah hatinya yang masih kecil untuk mengikuti jejak sang ayah sebagai seorang pelukis. “Kalau sekadar iseng, tidak apalah. Di rumah banyak pensil bertebaran,” kelakar Najib. Bagi Najib, keluarga dan lukisan-lukisan miliknya adalah harta yang paling berharga.
1157558_4612016997296_730916987_n
Melihat pemisahan Fakultas Sastra dan Seni Rupa menjadi Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Seni Rupa dan Desain ini, Najib mengganggap sebagai langkah baik untuk menciptakan seniman-seniman profesional di almamaternya. “UNS sekarang fasilitasnya sudah memadai. Bisa lebih fokus karena sudah ada kekhususan untuk seni,” komentar Najib tentang pemekaran fakultas ini. Najib berpesan kepada adik-adik di almamaternya. “Kalau ingin menjadi sesuatu, tak peduli apapun itu, kalau bisa total. Segala kemampuan dicurahkan. Tapi jangan lupa networking dan teknologi yang terus berkembang,” pesan Najib dari ujung sambungan telepon. Selain itu, Najib menambahkan, kita harus siap menerima konsekuensi atas pilihan yang telah diputuskan.[*]

The post Najib Amrullah, S.Sn., Seni Itu Ibadah appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Dr. Ir. Heru Tjahjono, Bersaing di Era Globalisasi

$
0
0

“Orang hidup harus berguna untuk oranglain.”

Itulah motivasi Heru Tjahjono, Alumni Teknil Sipil UNS angkatan ‘81 dalam menjalani aktivitasnya kini. Bekerja sebagai pemimpin di Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, membuatnya sadar betul untuk terus bermanfaat bagi orang banyak. Tak hanya bermanfaat bagi rekan kerjanya semata, tapi sebisa mungkin lelaki kelahiran Kota Gudeg Yogyakarta tersebut dapat mengabdikan dirinya di lingkungan masyarakat sekitar dan juga keluarga. Hal itu pula yang mendasari Heru berbagi kisahnya semasa kuliah di UNS. Supaya kelak ada hikmah dan manfaat yang dapat dipetik lewat kisah-kisahnya tersebut.

Kala itu, matahari sudah terbenam beberapa jam ke belakang. Rembulan telah bertugas di angkasa. Tepatnya pukul 8 malam. Baru beberapa menit yang lalu, Heru tiba di rumahnya. Tanpa kenal lelah, ia pun mengisahkan masa-masa menjadi mahasiswa UNS melalui sambungan telepon.

“Yang saya ingat tentang UNS itu kampusnya rindang dan besar,” tuturnya memulai cerita. Dulu semasa kuliah, ia sering pindah-pindah gedung. Maklum, UNS saat itu belum seperti sekarang yang gedungnya banyak dan fasilitasnya lengkap. Selain itu, untuk mencari dosen yang bergelar doktor dan profesor masih terbilang susah. Tak seperti sekarang yang rata-rata dosen sudah menyandang gelar doktor.

Di kampus Sebelas Maret, Heru muda tak hanya menjalani hari-harinya dengan mendengarkan ceramah dosen saja. Ia berusaha mengembangkan softskillnya lewat berbagai kegiatan. Salah satunya dengan mengikuti organisasi minat-bakat maupun organisasi berbau politik. Di antaranya yaitu senat mahasiswa dan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM). Kala itu, ia pernah mendapat amanah sebagai ketua umum BPM tingkat Fakultas Teknik. Belakangan nama Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), diganti dengan istilah yang lebih praktis, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Menurutnya, mengikuti organisasi semacam itu akan berdampak besar bagi kehidupannya kelak. Karena lewat organisasi, seseorang akan belajar banyak hal yang tak dipelajarinya di bangku kuliah. Seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, manajemen diri yang baik, dan masih banyak lagi. Beberapa keahlian yang diperoleh dari organisasi diatas merupakan modal utama dalam bekerja. Mengingat dalam bekerja bukan hanya intelektualitas semata yang dibutuhkan. “Untuk itu, mahasiswa sekarang jangan cuma kuliah saja, tapi ikutilah berbagai organisasi dan kegiatan,” pesannya dengan nada ramah.

Bapak dari dua orang anak ini pun mengaku, bahwa untuk dapat sukses dalam pekerjaan dibutuhkan komitmen yang kuat, keseriusan, dan ilmu pendidikan yang tinggi. Jika masih bergelar sarjana, seseorang berkewajiban melanjutkan pendidikannya hingga menyandang gelar magister bahkan doktor. Semua itu diperlukan untuk meningkatkan profesionalitas dan kompetensi diri. Mengingat di zaman globalisasi ini, pelamar kerja yang menjadi saingan kita tak hanya warga Indonesia saja, tapi juga dari mancanegara.

Atas dasar tersebut, Heru yang pernah menjabat sebagai Bupati Tulungagung, akhirnya melanjutkan studi program magister di Universitas Merdeka Malang. Mengambil konsentrasi Manajemen, ia pun bertekad untuk dapat mengelola instansi yang tengah ia jabat di daerah Tulungagung. Kemudian, ia kembali menjalani masa-masa belajar di Universitas Brawijaya Malang. Konsentrasi ilmu yang dipelajari pun berbeda dengan sebelumnya. Di kampus Brawijaya Malang tersebut, Heru menekuni bidang Kajian Lingkungan dan Pembangunan. Lalu berhasil menyandang gelar doktornya pada tahun 2014 kemarin.

Untuk menunjang kemampuannya, Heru juga menyempatkan membaca beragam buku di tengah kesibukan yang ia jalani. Baik buku fiksi, non-fiksi, buku teknik, hingga buku di luar displin ilmunya. Karena setiap lembaran dari buku, terselip sejuta makna yang berhubungan dengan realitas kehidupan. Entah ber-genre apapun.

Mengakhiri perbincangan malam yang semakin dingin, lelaki yang hobi menggunakan motor gede tersebut menyelipkan doanya. Ia berharap kelak UNS dapat menjadi universitas terbaik nomer 1 di Indonesia dengan kualitas pendidikan yang semakin baik. “Semoga UNS dapat menjadi universitas nomer 1. Karena kan sekarang fasilitasnya sudah lengkap ditambah lagi banyak dosen yang sudah menjadi profesor,” ungkapnya penuh harap. Untuk mahasiswa UNS, tak lupa ia berpesan untuk tak puas mencari ilmu di S1 saja, tapi berusaha sampai bergelar doktor. “Untuk mahasiswa UNS jangan cuma berhenti di S1 saja. Tapi belajarlah sampai S3. Wong yang sudah tua saja banyak yang sudah jadi doktor,” tukasnya menginspirasi. [*]

The post Dr. Ir. Heru Tjahjono, Bersaing di Era Globalisasi appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Ir. Hadrianus Bambang Nurhadi Widihartono, M. Sc., Perjalanan Seorang Insiyur Yang Dimulai dari Pilihan Kedua

$
0
0

Nanung, begitulah beliau kerap disapa oleh teman-temannya, merupakan seorang figur ayah sekaligus insinyur yang memimpin berbagai proyek pembangunan. Beliau terlatih untuk menggarap berbagai macam proyek pembangunan jalan maupun jembatan di berbagai daerah di Indonesia. Karena ketekunan, usaha, dan kerja keras, sekarang Nanung diamanahi untuk menjabat sebagai Kepala Satuan Kerja Jalan Bebas Hambatan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum.

Pak Bambang
Sebelum menempati posisi tersebut, banyak suka dan duka yang ia alami. Salah satunya saat proyek pelebaran jalan Solo – Jogja, banyak masyarakat yang mencerca atas gangguan yang ditimbulkan dari proyek tersebut. Namun, beliau tetap mempertahankan keberlangsungan proyek tersebut, hingga saat ini jalan Solo – Jogja dapat dinikmati oleh semua elemen masyarakat. “Namanya saja proyek pembangunan pelebaran jalan raya, pasti kita mengganggu, tetapi kami berusaha untuk mencegah adanya korban jiwa,” tuturnya melalui sambungan telepon.

Ia juga menjadi pionir dari pembangunan jalan tembusan Karanganyar – Tawangmangu. “Saat itu, saya memulai semuanya dari 0, di mana saya harus mengurusi izin ke kepolisian, ke kehutanan, izin penebangan pohon, pembebasan tanah, dan lain sebagainya hingga menjadi seperti sekarang ini. Tapi, saat proyek belum selesai, saya dipindah tugaskan, sehingga tidak mengawal proyek itu sampai selesai,” ujar Nanung mengenang.

Salah satu proyek pembangunan yang sangat berkesan menurutnya adalah proyek pembangunan jalan bebas hambatan pelabuhan Tanjung Priok. Kenapa ? Karena ia bisa menyelesaikan masalah konflik sensitif keagamaan seputar hak waris tanah makam Mbah Priok yang selama beberapa dekade menelan banyak korban jiwa.

”Saya bersama tim pernah mencetak sejarah nasional, saya bersama Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok bisa menyelesaikan konflik sensitif keagamaan makam Mbah Priok yang menelan banyak kerugian material dan korban jiwa selama 3 bulan saja. Saya sangat bersemangat untuk mengatasi konflik tersebut, dengan kejernihan pikiran, saya mencoba berkomunikasi,bernegosiasi yang baik dengan ahli waris (silent operation). Kasus tersebut selesai dan hingga seperti sekarang, tanah tersebut bisa dibangun sebagai pemangku pelabuhan Tanjung Priok dan infrastruktur jalan raya sebagai akses pendukung mobillitas keluar masuk pelabuhan. Dari kasus tersebut, saya ingin menekankan bahwa kita harus bisa berpikir jernih dalam menyelesaikan semua permasalahan, sehingga bisa mencapai deal di antara kedua belah pihak, menghindari konflik horizontal, dan yang terpenting tidak menelan korban jiwa. Dan kasus Mbah Priok itu menjadi buku putih kepolisian, dan merupakan prestasi yang sangat membanggakan untuk saya,” tuturnya saat menceritakan masalah pembangunan jalan tol pelabuhan Tanjung Priok.

Nanung juga pernah merantau di Makassar, Sulawesi Selatan selama 11 tahun. “Saat merantau di Makassar, saya menemukan kedewasaan dan kematangan. Gara-gara itu saya bisa lolos tes Strata 2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan saat perkuliahan berjalan selama satu tahun, saya ditawari tes Strata 2 di luar negeri, dan saya diterima, akhirnya saya kuliah di Strathclyde University, Glassglow, United Kingdom,” tuturnya.

Di tengah kesibukannya yang sangat padat, Nanung selalu menyempatkan diri untuk pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga di Solo. Nanung menjelaskan, “Setiap hari Sabtu hingga Senin saya bolak-balik Solo Jakarta. Karena keluarga ada di Solo dan kantor saya ada di Jakarta, jadi saya harus nglaju.” Selain aktif di berbagai proyek, ia juga aktif menghubungi dengan rekan-rekan sealmamater, yaitu UNS.

Harapan Nanung untuk UNS yang akan merayakan dies natalis yang ke-39 adalah agar kita sebagai alumni harus mampu membawa dan mendukung perkembangan kampus sebagai perguruan tinggi atau akademika yang mampu bersaing dengan yang lain.

“Kita jangan pernah merasa getir meskipun kita alumni UNS, tetapi kita harus bisa menunjukkan kapasitas kita, sehingga tidak kalah dengan yang lain dan bisa bersaing dengan yang lain. Akibatnya, kita bisa membawa nama baik almamater. Selain itu, komunikasi dengan alumni sangatlah penting. Alumni jangan pernah melupakan kampus dan kampus jangan pernah melupakan alumni, terlebih alumni-alumni yang dapat memberi dampak yang positif untuk perkembangan UNS. Sehingga komunikasi antara kampus dengan alumni jangan sampai putus. Memang untuk berkomunikasi dengan alumni itu tidak mudah, tetapi kita harus berusaha untuk menjaga komunikasi dan ikatan alumni, bahkan di jakarta akan perkumpulan alumni UNS,”pungkas Nanung dari seberang telepon.[*]

The post Ir. Hadrianus Bambang Nurhadi Widihartono, M. Sc., Perjalanan Seorang Insiyur Yang Dimulai dari Pilihan Kedua appeared first on Universitas Sebelas Maret.


Semangat Generasi Quran, UKM Ilmu Quran Gelar MTQ UNS 2015

$
0
0

Dahulu Agama Islam berjaya dengan Alquran maka kalau sekarang ingin berjaya, cintakanlah generasi Quran. Begitu kiranya alasan yang diambil Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ilmu Quran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini. Dengan mengambil tema “Generasi Quran, Generasi Kejayaan Islam”, UKM Ilmu Quran menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) UNS 2015 pada tanggal 29, 30 April, dan 1 Mei 2015.

Buka Kompetisi MTQ UNS 2015, Ravik berharap MTQ mampu melahirkan bukan hanya mahasiswa yang tinggi IQ-nya melainkan juga bagus kecerdasan spiritualnya.

Buka Kompetisi MTQ UNS 2015, Ravik berharap MTQ mampu melahirkan bukan hanya mahasiswa yang tinggi IQ-nya melainkan juga bagus kecerdasan spiritualnya.


Bertempat di Ruang Seminar Masjid Nurul Huda UNS, kompetisi untuk mahasiswa UNS ini digelar juga dalam rangka menyambut MTQ Mahasiswa Nasional 2015 pada 1-8 Agustus mendatang di Universitas Indonesia, Depok. “Nantinya, setiap juara dari masing-masing kategori akan mewakili UNS pada MTQ Mahasiswa Nasional 2015,” terang Nahrowi, panitia MTQ 2015.

Kategori kompetisi yang dipertandingkan pada MTQ Mahasiswa 2015 ini adalah Tartil Quran, Tilawatil Quran, Fahmil Quran, Hifhzil (menghafal) Quran 1 juz, 5 juz, dan 10 juz, Khathil (kaligrafi) Quran, Karya Tulis Kandungan Ilmiah Quran, dan Desain Aplikasi Komputer Quran. Desain Aplikasi Komputer Quran merupakan kompetisi perancangan perangkat lunak tentang karya aplikasi Al-Qur’an, Hadist maupun karya Islam lainnya. “Kategori desain Quran bisa dikatakan baru. Sebenarnya, program aplikasi untuk Quran membutuhkan proses yang lama,” tambah Nahrowi.

Kompetisi yang diselenggarakan untuk tahun kedua ini diikuti 125 peserta. Setiap pemenang dari masing-masing kategori akan mengikuti pendampingan sebelum berkompetisi pada MTQ Mahasiswa Nasional 2015. Pada saat membuka kompetisi MTQ UNS 2015, Rabu (29/4/2015), dalam sambutannya, Rektor UNS, Ravik Karsidi berharap pembinaan yang berlangsung terus menerus nantinya mampu melahirkan bukan hanya mahasiswa yang tinggi IQ-nya melainkan juga bagus kecerdasan spiritualnya. [] (nana.red.uns.ac.id)

The post Semangat Generasi Quran, UKM Ilmu Quran Gelar MTQ UNS 2015 appeared first on Universitas Sebelas Maret.

SBMPTN 2015 Dibuka, UNS Beri Kursi untuk 1653 Calon

$
0
0

Pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2015 kembali dibuka. Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) memutuskan tetap menyelenggarakan SBMPTN 2015 yang dapat diikuti oleh siswa lulusan tahun 2013, 2014, dan 2015 dari pendidikan menengah (SMA/MA/SMK/MAK) dan sederajat, termasuk paket C. Demikian yang disampaikan Ketua Panitia Lokal (Panlok) 44 Kota Surakarta, Sutarno yang juga merupakan Wakil Rektor (WR) I Universitas Sebelas Maret (UNS) Bidang Akademik, Kamis (30/4/2015).

sutarno

Lebih banyak dari tahun sebelumnya, SBMPTN 2015 akan diikuti oleh 74 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan adanya PTN yang baru diresmikan. “Tahun lalu hanya 63 PTN, sekarang ada 74 PTN yang ikut berpartisipasi. Seperti TIDAR dan beberapa UIN termasuk di dalamnya,” terang Sutarno. Pada SBMPTN 2015 ini, UNS memiliki kuota sebanyak 1653 kursi untuk jalur penerimaan SMBPTN.

Sebagai persyaratan, calon peserta dari siswa lulusan tahun 2013 dan 2014 harus sudah memiliki ijazah. Sedang bagi siswa lulusan 2015 telah memiliki Surat Keterangan Lulus Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK/MAK) dan sederajat. Selain itu, peserta memiliki kesehatan yang memadai sehingga tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran di program studinya. Biaya penyelenggaraan SBMPTN 2015 ditanggung oleh peserta dengan subsidi dari pemerintah. Peserta dikenakan biaya sebesar Rp 100 ribu.

Sutarno juga menjelaskan bagi peserta penerima Bidikmisi yang telah terdaftar SNMPTN 2015 namun dinyatakan tidak lulus seleksi dapat mengikuti SBMPTN 2015 tanpa membayar biaya seleksi. Sedang bagi calon peserta penerima Bidikmisi yang terdaftar sebagai peserta SNMPTN 2015 dan dinyatakan lulus seleksi diperkenankan mengikuti SBMPTN 2015 dengan membayar biaya seleksi serta kehilangan haknya untuk diterima di SNMPTN 2015.

Peserta SBMPTN 2015 diperkenankan memilih sebanyak-banyaknya tiga program studi. Peserta yang hanya memilih satu program studi dapat memilih PTN di manapun. Sedang peserta yang memilih dua atau tiga program studi, salah satu program studi yang dipilih harus di PTN yang berada dalam satu wilayah dengan tempat peserta mengikuti ujian tertulis.

Jadwal kegiatan SBMPTN 2015 dimulai dengan pendaftaran yang dibuka antara tanggal 11 Mei hingga 29 Mei 2015. Ujian tertulis dilaksanakan pada tanggal 9 Juni dan ujian keterampilan pada tanggal 10 – 11 Juni 2015. Dijadwalkan, SBMPTN 2015 akan diumumkan pada tanggal 9 Juli 2015. Untuk memudahkan calon peserta tentang tata cara pendaftaran dan pembayaran biaya seleksi, panitia telah menyediakan Panduan SBMPTN yang dapat diakses melalui situs resmi www.sbmptn.or.id. Bagi calon peserta yang sudah membayar selanjutnya mengikuti proses pendaftaran pada laman http://pendaftaran.sbmptn.or.id.

Pesan WR I kepada masyarakat, khususnya para calon mahasiswa, agar mewaspadai berkembangnya modus penipuan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sutarno menekankan kepanitian nasional dan Panlok 44 Kota Surakarta tidak menjalin kerja sama dengan kelompok bimbingan belajar manapun dalam kaitannya dengan proses seleksi SBMPTN 2015. [] (nana.red.uns.ac.id)

The post SBMPTN 2015 Dibuka, UNS Beri Kursi untuk 1653 Calon appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Tifa dan Tika, Si Kembar FT UNS Pemilik IPK 3,85

$
0
0
Kembar Tifa dan Tika pemilik IPK 3,85 dari Fakultas Teknik UNS.

Kembar Tifa dan Tika pemilik IPK 3,85 dari Fakultas Teknik UNS.

Ada yang menarik dari prosesi wisuda Universitas Sebelas Maret Periode I Tahun Ajaran 2015/2016, Sabtu (5/9/2015) lalu. Wisudawan lulus dengan predikat cumlaude itu sudah biasa. Tapi bagaimana bila kembar bersaudara lulus dengan IPK kembar? Unik. Itulah Tifa Paramitha dan Tika Paramitha, wisudawan kembar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS. Keduanya lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,85.

Sewaktu SMA, kembar kelahiran 19 Agustus 1993 ini memiliki minat yang sama pada mata pelajaran Kimia dan memutuskan mendaftar di UNS pada 2011 silam. Melewati masa-masa studi di UNS, selain belajar kedua aktif pula di Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia. Ditanya tentang strategi belajar, kedua kompak tersenyum. “Sebenarnya belajar rajin aja sih. Kalau mau ujian belajar berdua. Nanti kalau saya nggak bisa, minta diajari dia, gantian,” jawab Tika sembari meminta persetujuan Tifa.

kembar UNS s

Meski memperoleh IPK yang sama persis, kembar asal Ngadirojo, Pacitan ini tak lantas selalu mendapat IP sama tiap semester. Sedang untuk skripsi, keduanya kompak mengambil judul Prarancangan Pabrik Aniline dari Hidrogenasi Nitrobenzene Fase Uap Kapasitas 44000 Ton/Tahun. Tifa beralasan, Aniline banyak digunakan namun rancangan pabliknya belum ada di Indonesia.

Samuji, ayah kembar Tifa dan tika menceritakan kedekatan dua anaknya. “Dulu sewaktu mau kuliah ditanya bagaimana misal satu di Surabaya, satunya di Solo atau Jogja. Yang kecil jawab gini, ‘Ora papa pisah, paling-paling ora enak mangan sak wulan (Tidak apa-apa pisah, paling jadi tidak enak makan satu bulan’,” ujar Samuji menceritakan kepolosan anak kembarnya. Jawaban yang menyentuh itu akhirnya mengantarkan si kembar kuliah di tempat yang sama, jurusan yang sama, menempati kos bersama hingga keduanya lulus bersama.

“Ini sangat membanggakan, dua-duanya bisa cumlaude dan IPKnya 3,85. Saya berharap dua-duanya bisa sekolah lagi dan dua-duanya bisa mendaftar LPDP beasiswa luar negeri. Ada banyak beasiswa ke luar negeri,” harap Sholihin As’ad, Dekan Fakultas Teknik pada saat ditanya mengenai prestasi kembar dari FT UNS ini.[](nana.red.uns.ac.id)

The post Tifa dan Tika, Si Kembar FT UNS Pemilik IPK 3,85 appeared first on Universitas Sebelas Maret.

UNS Mengirim Empat Mahasiswa Sastra Arab ke Suez Canal University

$
0
0
UNS mengirim empat mahasiswa Sastra Arab untuk program Maharatu Lughatil Arabiyah di Suez Canal University, Mesir.

UNS mengirim empat mahasiswa Sastra Arab untuk program Maharatu Lughatil Arabiyah di Suez Canal University, Mesir.

September 2015 Program Studi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali mengirim mahasiswanya ke Mesir. Bersama mahasiswa Sastra Arab dari beberapa perguruan tinggi negeri lain di Indonesia, keempat mahasiswa UNS akan mengikuti perkuliahan di Mesir selama enam bulan. Program pengiriman mahasiswa ke Mesir tahun ini dinamai Maharatu Lughatil Arabiyah (kemahiran bahasa Arab) dan Transfer Kredit. Dengan sistem transfer kredit, mahasiswa yang mengikuti program ini tidak perlu lagi mengulang kuliah yang ditinggalkan di Indonesia karena mata kuliah yang diikuti di Mesir akan ditransfer ke Indonesia.

Program Maharatu Lughatil Arabiyah ini dibiayai oleh Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek Dikti) melalui Beasiswa Unggulan. Mahasiswa mendapat beasiswa penuh kecuali ada kebijakan lain dari kampus masing-masing. Untuk penyeleksian, Dikti memberikan kewenangan kepada kampus terkait untuk menyeleksi mahasiswanya.

Sejak berdiri 2010 lalu, Sastra Arab UNS sudah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi di Mesir, dalam hal ini dengan Suez Canal University. Setiap tahun, bersama prodi Sastra Arab di perguruan tinggi negeri lain, Sastra Arab UNS mengirimkan beberapa mahasiswanya ke Mesir untuk meningkatkan kemahiran bahasa Arab dan pengetahuan tentang dunia Arab. Mahasiswa yang dikirim pada tahun 2015 yaitu Ahmad Falahudin (2012), Gun Gun Gunawan (2013), Mohammad Yasir (2013), dan Rusy Dahtun Fathonah (2013). Keempat mahasiswa itu akan menjalani perkuliahan di Suez Canal University hingga Januari 2016.[]

The post UNS Mengirim Empat Mahasiswa Sastra Arab ke Suez Canal University appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Mata Kuliah Technopreneurship Antar Citra dan Rina Jadi Calon Teknoprener Muda

$
0
0
Citra Kusuma (kanan) dan Rina Wiji memaparkan produk yang mereka komersialkan pada acara RITECH EXPO, 7 - 8 Agustus 2015.

Citra Kusuma (kanan) dan Rina Wiji memaparkan produk yang mereka komersialkan pada acara RITECH EXPO, 7 – 8 Agustus 2015.

Melakukan uji produksi, uji pasar, mengikuti pameran, menyebar kuisioner kepada calon konsumen adalah sebagian rangkaian kegiatan yang dijalani Citra Kusuma dan Rina Wiji sebagai tenant produk penelitian para inventor di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Citra Kusuma merupakan mahasiswa Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang mengembangkan panel penyerap bising dari kayu sengon laut dan serat kenaf. Sedang Rina Wiji adalah mahasiswa magister Teknik Industri Fakultas Teknik UNS yang juga menjadi tenant untuk baterai lithium ferifosfat.

Keduanya berangkat dari mata kuliah Technopreneurship, mata kuliah pilihan di Fakultas Teknik UNS yang memperkenalkan dunia bisnis berbasis teknologi ini. “Baru-baru ini kan ada mata kuliah Technopreneurship. Nah, di technopreneur ini kita difasilitasi bagaimana produk produk riset dari dosen bisa dikomersialisasikan,” ujar Citra mengawali ceritanya. Citra menjadi tenant panel absorber setelah melalui seleksi yang dilakukan oleh Pusat Inovasi Teknologi (PIT UNS).

Pengembangan produk panel penyerap bising dari kayu sengon ini diawali pada persoalan kebisingan yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Absorber yang selama ini digunakan di Indonesia hanya efektif untuk menyerap bising frekuensi tinggi. Sehingga inventor berusaha memenuhi kebutuhan absorber yang ramah lingkungan dengan harga terjangkau, dengan penggunaan kayu sengon laut. “Selama ini sudah ada panel absorber di pasaran. Kita berani bersaing karena daya serap kita mencapai 70 – 89 % serapan bisingnya sedang di pasar pada umumnya hanya memiliki daya serap 10 – 40 %. Kualitas kita bisa dibuktikan karena kita produk riset,” jelas Citra mengenai produk yang ia komersialkan.

Ikuti Pameran

Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi, Citra dan Rina berkesempatan mengikuti Research, Innovation, and Technology Exhibition (Ritech) Expo 2015 yang diselenggarakan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) pada tanggal 7 sampai 10 Agustus 2015. Keduanya diberi kesempatan untuk presentasi produk yang mereka komersialkan.

Rina berkesempatan memaparkan produk baterai lithium ferifosfat kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.

Rina berkesempatan memaparkan produk baterai lithium ferofosfat kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.

Rina menjelaskan keunggulan baterai lithium ferifosfat yakni awet, umur pemakaian baterai mencapai 3000 siklus penggunaan yang lebih lama dibanding produk komersial saat ini yang hanya 500 siklus. 3000 siklus setara dengan 7 – 8 tahun. Selain itu, baterai lithium yang dikembangkan aman karena menggunakan teknologi lithium ferifosfat, baterai tidak akan meledak apabila terjadi arus pendek. Baterai juga tahan pada terhadap suhu tinggi 70 derajat celcius. Tentang harga, baterai dijual dengan harga ekonomis, ukuran A5 dihargai Rp50.000 sedang di pasaran untuk ukuran yang sama dihargai Rp70.000. Dan dapat dipastikan proses pembuatan baterai ramah lingkungan.

Dari setiap pengalaman pameran yang diikuti, Rina optimis terhadap baterai lithium ferifosfat dan produk penelitian lainnya. Di banding dengan penelitian dari perguruan tinggi lain yang hanya menampilkan prototype, UNS sudah mampu memamerkan produk siap jual. “UNS sudah berani pasang harga karena produk siap dikomersialisasikan sedang yang lain baru pada taraf penelitian. Kita sudah percaya diri. Apalagi sepeda listrik dan becak listrik ternyata UNS bisa bikin. Selama ini yang orang tahu produk semacam itu diproduksi dari China. Pengunjung antusias berkesempatan langsung mencoba becak listrik dan sepeda listrik,” ujar Rina menceritakan antusias pengunjung terhadap stand pameran UNS. Pada kesempatan pameran tersebut, UNS juga memamerkan panel akustik, batre lithium, pewarna alami, sepeda listrik, becak listrik, parapodium, dan minyak genderuwo.

Mata kuliah Technopreneurship yang pernah Rina dan Citra ikuti membuka pandangan baru. Bagi Rina, fasilitas yang dimiliki Fakultas Teknik dan bimbingan yang diberikan sangat membantu untuk menjadi bakal pengusaha. Sedang bagi Citra, mata kuliah mata kuliah yang baru berjalan di tahun ketiga ini menjadi oase baru bagi mahasiswa yang ingin menjadi pengusaha namun terbatas modal dan pengalaman. ”PIT menyediakan bank produk, calon tenant bisa memilih produk mana yang akan dikomersialkan. Setelah lulus kita tidak bingung mau cari kerjaan karena sudah merintis melalui kegiatan ini,” ujar Citra, mahasiswa angkatan 2011 ini. []

The post Mata Kuliah Technopreneurship Antar Citra dan Rina Jadi Calon Teknoprener Muda appeared first on Universitas Sebelas Maret.

KMHE 2015, Bengawan Team UNS Raih Posisi Dua

$
0
0
(Dari kiri-kanan) Bayu Sutanto, Vidi Fajri, Rifki Dwi Putranto, Muhammad Andy Anzi, Dicky Agus Triono, Makhiyas Subkhi,  Genta Praha Picaso, dan M. Ivan (supporting member).

(Dari kiri-kanan) Bayu Sutanto, Vidi Fajri, Rifki Dwi Putranto, Muhammad Andy Anzi, Dicky Agus Triono, Makhiyas Subkhi, Genta Praha Picaso, dan M. Ivan (supporting member).

Bengawan Team UNS menyabet posisi ke-2 dalam Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2015 yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) yang tahun ini bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) Malang selaku tuan rumah, Rabu-Minggu (21-25/10/2015). KMHE 2015 diikuti oleh 62 tim dari perguruan tinggi se-Indonesia.

Ada dua kategori yang dilombakan dalam kontes tersebut, yaitu prototype dan urban concept. Bentuk mobil prototype ini menyerupai roket, sedangkan bentuk urban seperti bentuk mobil pada umumnya. Masing-masing kategori terbagi menjadi 4 kelas bahan bakar, yaitu bensin, diesel, etanol, dan listrik.Tahun ini, Bengawan Team UNS mengikuti kategori urban kelas bahan bakar diesel.

Bengawan Team UNS (UNS) bersaing dengan ITS Team (ITS Surabaya), Cikal Diesel (ITB Bandung), Tim Bumi Siliwangi (UPI Bandung), dan Tim Setya Urban (Polines Madura). ITS Team dan Cikal Bakal merupakan pemenang pertama dan ketiga dalam kategori dan kelas ini.

Siap Ikut Shell Ecomarathon ASEAN 2016

Muhammad Andy Anzi selaku Manajer Bengawan Team UNS, ketika ditanya mengenai aspek yang dinilai, mengatakan bahwa penilaian dalam kontes ini hanya satu, yaitu efisiensi penggunaan bahan bakar pada kendaraan. “Jadi, dengan menempuh jarak 12 km itu (panjang lintasan race.red), yang paling sedikit konsumsi bahan bakarnya, yang menang,” terang Andy. Sebelumnya, kendaraan-kendaraan yang akan melakukan race diwajibkan menjalani uji spesifikasi yang terkait dengan penilaian dimensi body kendaraan, pengereman, kelistrikan, mesin, saluran bahan bakar, dan lain sebagainya.

SAMUDRA 3rdGeneration saat lakukan racesejauh 12 kmdan tercatat dengan hasil 150,497 km/liter.

SAMUDRA 3rdGeneration saat lakukan racesejauh 12 kmdan tercatat dengan hasil 150,497 km/liter.

Dari empat kesempatan untuk melakukan race, kendaraan milik Bengawan Team UNS yang dinamai SAMUDRA 3rd Generation ini berhasil tercatat dengan hasil terbaik 150,497 km/liter. Sebagai perbandingan, hasil terbaik dari ITS Team dan Cikal Bakal adalah 175,450 dan 145,738 km/liter.

Bengawan Team UNS akan mengikuti yang diadakan di Manila, Filipina, 3-6 Januari 2016. Dibatasi hanya 2 mobil per universitas, Bengawan Team telah akan memberangkatkan mobil kategori urban bensin dan diesel. “Soalnya melihat progres dari mobil-mobil kita, yang cukup menjanjikan untuk juara ya urban bensin dan urban diesel,” jelas Andy. [] (dodot.red.uns.ac.id)

The post KMHE 2015, Bengawan Team UNS Raih Posisi Dua appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Putra Pamungkas, Lulusan FEB UNS Jadi Calon Doktor Termuda Universite de Limoges

$
0
0
Putra yang berusia 23 tahun ini mengungkapkan keberhasilan memperoleh beasiswa Master dan PhD tersebut salah satunya berkat kerja sama yang sangat baik yang telah terjalin antara UNS dengan Universite de Limoges sejak tahun 2010.

Putra (23) mengungkapkan keberhasilan memperoleh beasiswa Master dan PhD tersebut salah satunya berkat kerja sama yang sangat baik yang telah terjalin antara UNS dengan Universite de Limoges sejak tahun 2010.

Putra Pamungkas, mahasiswa S1 angkatan 2010 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS), memperoleh prestasi yang cukup membanggakan. Setelah lulus dari FEB UNS tahun 2014, Putra memperoleh beasiswa untuk melanjutkan Program Master 2 bidang Banking and Finance di Universite de Limoges, Perancis.

Setelah setahun menyelesaikan program master tersebut, Putra kemudian berkompetisi untuk memperoleh beasiswa PhD dalam bidang yang sama di LAPE Research Center di Universite de Limoges. Putra, yang merupakan mahasiswa berprestasi FEB UNS tahun 2013 ini, terpilih untuk memperoleh beasiswa PhD dan menjadi peneliti di laboratorium tersebut selama 3 tahun. Hanya 2 pelamar yang terpilih memperoleh beasiswa tersebut di antara lebih dari seratus aplikasi yang masuk.

LAPE merupakan pusat penelitian yang focus dalam bidang banking yang memiliki ranking no 74 di dunia versi IDEAS REPEC berdasarkan pada kualitas publikasi ilmiah dan sitasinya. Putra yang berusia 23 tahun ini mengungkapkan keberhasilan memperoleh beasiswa Master dan PhD tersebut salah satunya berkat kerja sama yang sangat baik yang telah terjalin antara UNS dengan Universite de Limoges sejak tahun 2010. Informasi dan rekomendasi untuk mendaftar studi lanjut dan beasiswa tersebut dia peroleh dari Irwan Trinugroho, dosen FEB UNS yang telah melakukan beberapa kerja sama dengan Universite de Limoges.

Di usianya yang relative masih muda, Putra sudah menjadi mahasiswa program doktor. Dia juga menyampaikan bahwa paper hasil tesis masternya telah di-submit di jurnal internasional bereputasi tinggi. Prestasi yang dicatatkan Putra Pamungkas tersebut sejalan dengan visi dari UNS untuk menjadi world class university. [](red.uns.ac.id)

The post Putra Pamungkas, Lulusan FEB UNS Jadi Calon Doktor Termuda Universite de Limoges appeared first on Universitas Sebelas Maret.


Dewanti Cahyaningsih, Juara Pertama DBS Young Economist 2015 dari FEB UNS

$
0
0
Tema literasi keuangan yang diangkatnya pada DBS Young Economist 2015  juga digunakan Dewanti untuk skripsi mengenai Financial Literacy and Banking Development dengan supervisi Irwan Trinugroho.

Tema literasi keuangan yang diangkatnya pada DBS Young Economist 2015 juga digunakan Dewanti untuk skripsi mengenai Financial Literacy and Banking Development dengan supervisi Irwan Trinugroho.

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS berhasil menyabet juara pertama dalam kompetisi DBS (The Development Bank of Singapore) Young Economist 2015 pada Senin (23/11/2015). Ialah Dewanti Cahyaningsih, Mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen FEB UNS angkatan 2012. Berkat kepiawaiannya menyampaikan pidato mengenai literasi keuangan, ia pun berhak membawa pulang hadiah uang tunai senilai 50 juta rupiah. Selain itu, Dewanti juga mendapat fasilitas lain seperti mentoring dengan Chief Economist DBS David Carbon di Singapura dan berkesempatan magang di DBS Indonesia.

DBS (The Development Bank of Singapore) Young Economist 2015 merupakan kompetisi bergengsi lomba pidato ekonomi diselenggrakan oleh DBS Indonesia yang puncak acaranya dihelat di Glass House, Ritz Calrton, Jakarta. Bekerjasama dengan KATA DATA, melalui kompetisi ini diharapkan lahir ekonom-ekonom muda yang nantinya dapat meneruskan kepemimpinan di masa depan (future leaders).

Dari 300-an peserta yang mengikuti kompetisi ini, Dewanti berhasil masuk 24 besar berkat video presentasinya yang diunggah ke channel YouTube. Setelah melalui sesi presentasi dan wawancara, Dewanti kembali melaju ke babak 11 besar. Kesebelas finalis kemudian harus kembali memaparkan idenya selama lima menit dihadapan para juri yaitu Faisal Basri, Alanda Kariza, dan Gundy Cahyadi.

Menurut Dewanti, yang juga merupakan Mahasiswa Berprestasi FEB UNS 2014, tema literasi keuangan yang diangkatnya merupakan pengembangan dari KKN Tematik tentang “Gerakan Melek Keuangan” pada Bulan Juli-Agustus lalu di Blitar, Jawa Timur. Tema yang berhasil mengantarnya menjadi opening act pada DBS Asian Insight Conference, 24 November ini, juga digunakan Dewanti untuk skripsi mengenai Financial Literacy and Banking Development dengan supervisi Irwan Trinugroho. [](red.uns.ac.id)

The post Dewanti Cahyaningsih, Juara Pertama DBS Young Economist 2015 dari FEB UNS appeared first on Universitas Sebelas Maret.

3 Lidah 3 Cerita, Cerita Manis tentang Solo dari Mahasiswa Luar Negeri

$
0
0
Cherry terlihat bahagia ketika temukan salah satu produk dari Tiongkok yang ada di Pasar Gede.

Cherry terlihat bahagia ketika temukan salah satu produk dari Tiongkok yang ada di Pasar Gede.

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mendapatkan juara pertama dalam gelaran The 4th International Student Summit (ISS) 2015, Senin-Rabu (16-18/11/2015). Acara tersebut merupakan program Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai tuan rumah. Acara tersebut diikuti oleh 100 mahasiswa lebih dari 40 negara yang sedang menempuh studi di Indonesia.

Ada 3 mahasiswa yang mewakili UNS yaitu Mukhriddin Khosimov (Uzbekistan), Huang Zhaoying alias Cherry (Tiongkok), dan Jean Jacques (Madagaskar). Mereka bertiga membuat video bertema budaya—yang merupakan salah satu dari tema yang disediakan yaitu bahasa Indonesia dan wisata di Indonesia. Dalam video berjudul 3 Lidah 3 Cerita ini, masing-masing menceritakan pengalaman mereka ketika menginjakkan kaki mereka di Solo.

Mukhridin ceritakan makan sambil duduk membuat makanan lebih enak.

Mukhridin ceritakan makan sambil duduk membuat makanan lebih enak.

Mukhriddin bercerita tentang cara makan di Solo yang berbeda jauh dengan di negara asalnya ketika dia melihat banyak orang makan di pinggir jalan. “Aku sangat terkejut, di Uzbekistan semua orang makan di rumah atau di restoran. Tidak ada warung yang terbuka,” ungkapnya.

Sedangkan Cherry menceritakan tentang pasar tradisional di Solo. Dia mengungkapkan ketakjubannya tentang bentuk Pasar Gede yang sangat tradisional. Selain itu, dia merasa berada di rumah sendiri ketika menemukan produk makanan yang berasal dari Tiongkok seperti kecap asin. “Anda tidak akan pernah tahu bagaimana mereka (pedagang pasar) memilih telur yang masih layak atau tidak hanya dengan menggunakan corong berlubang yang terbuat dari kertas,” ucap Cherry sambil meneropong telur dengan kertas corong. Hal tersebut juga menjadi bagian yang membuatnya penasaran saat menelusuri Pasar Gede.

Jean sendiri mengaku kesulitan beradaptasi dengan makanan di Solo pada awalnya, “saat pertama, saya kesulitan dengan makanan yang selalu manis dan pedas, karena di Madagaskar semua makanan rasanya asin.” Butuh waktu satu bulan untuknya agar bisa terbiasa dengan makanan Solo. Bahkan ia mengaku tidak bisa makan kalau tidak terasa pedas.

“Solo adalah kota favorit saya di Indonesia, makan di sini sangat murah. Saya mengundang kamu untuk datang ke sini dan merasakan makanan Solo. Saya jamin 100 persen kamu akan makan banyak,” terang Jean dalam video berdurasi hampir 7 menit itu.

Ekspresi Jean sesaat setelah memakan Gado-gado hingga minum 2 gelas es teh.

Ekspresi Jean sesaat setelah memakan Gado-gado hingga minum 2 gelas es teh.

Dari sepuluh universitas seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung, dan lainnya yang mengikuti kompetisi video ini, UNS menjadi juara satu, diikuti oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, dan Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJ).

“Film ini lengkap, bagus semua. Dari sisi isi pesan, budaya dan bahasa, maupun teknik sinematografinya sangat menarik. Saya kira jika ditayangkan di kalangan teman-teman mereka di negara asalnya akan mengesankan dan membuat orang penasaran dengan Indonesia,” kata salah seorang juri Nasrullah, dikutip dari laman Tempo.

[](dodo.red.uns.ac.id)

Video 3 Lidah, 3 Cerita bisa dilihat di laman youtube : 3 Lidah, 3 Cerita

The post 3 Lidah 3 Cerita, Cerita Manis tentang Solo dari Mahasiswa Luar Negeri appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Rian Mantasa, Cumlaude dengan IPK Sempurna

$
0
0
Rian Mantasa Salve Prastica, S. T., mahasiswa lulusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini berhasil meraih IPK 4.00. Selama menempuh masa studinya, pria kelahiran Pati ini aktif diberbagai organisasi kampus maupun luar kampus. (Sumber : dokumen prbadi)

Rian Mantasa Salve Prastica, S. T., mahasiswa lulusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini berhasil meraih IPK 4.00. Selama menempuh masa studinya, pria kelahiran Pati ini aktif diberbagai organisasi kampus maupun luar kampus. (Sumber : dokumen pribadi)

Hari Sabtu (5/12/2015) sekitar pukul 11.00 WIB, arak-arakan mahasiswa berjaket hijau tosca mengiringi seorang wisudawan peraih IPK 4.00. Dengan menggunakan delman, wisudawan dari jurusan Teknik Sipil UNS angkatan 2011 itu diarak dari Fakultas Teknik menuju Auditorium. Dalam balutan baju toga dan selempang cumlaude, wisudawan asal Pati tersebut, terus menyunggingkan senyum dibibirnya.

Ialah Rian Mantasa Salve Prastica, S. T. Ya, nama yang akhir-akhir ini sering muncul di pemberitaan karena prestasinya yang berhasil menyabet gelar wisudawan pertama peraih IPK sempurna di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Meskipun berada di tengah-tengah iklim akademis yang tinggi di Fakultas Teknik dan di sela-sela kesibukannya menjadi seorang aktivis kampus.

Anak pertama dari dua bersaudara ini memutuskan memilih jurusan Teknik Sipil karena hasil test psikologi berdasarkan sidik jari yang pernah dijalaninya saat SMA. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pria berkacamata ini mempunyai kelebihan di kecerdasan visual spasial. Kecerdasan visual spasial adalah kecerdasan gambar dan visualisasi, dimana kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan atau mencitrakannya dalam bentuk dua atau tiga dimensi gambar di dalam kepala seseorang.

Dukungan serta do’a dari keluarganya, mengiringi langkah Mantas untuk menjajaki jenjang Perguruan Tinggi. Berbekal do’a dan passion-nya di bidang akademik, Mantas dipercaya menjadi asisten dosen sebanyak 14 mata kuliah, semenjak semester 3 hingga semester 8. Di kalangan kampus, Mantas biasa dijuluki dengan sebutan “The King of Asdos” atau Raja Asdos (Asisten Dosen). Mawapres Jurusan Teknik Sipil yang memiliki hobi menulis dan travelling ini diberi amanah sebagai Asdos dalam berbagai mata kuliah. Mata kuliah yang pernah diampunya yaitu Agama Islam, Fisika Dasar, Fisika Terapan, Statika, Mekanika Bahan, Geometri Jalan Raya, Struktur Beton, Analisis Struktur dengan Metode Matriks, Struktur Kayu, Struktur Baja, Metode dan Komputasi Numerik, Hidrolika, dan Mekanika Fluida & Jaringan Perpipaan

Dengan memegang prinsip “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain”, Mantas bercita-cita menjadi seorang akademisi yang berjiwa sosial. “Menjadi seorang akademisi sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan juga bergerak di bidang sosial, misalnya membuat sekolah untuk teman-teman di daerah marginal (baca: pinggiran)”, ungkap pria kelahiran Pati, 17 Mei 1993 ini ketika ditanya tentang cita-citanya.

Keberhasilan yang diraih Mantas saat ini tak luput dari hasil ikhtiardan doanya. Menurut penuturannya, semester 6 merupakan puncak perjuangannya semasa kuliah. Kala itu, Mantas sedang menjalani KP (Kerja Praktek) di Jogja, sehingga sering nglajo Solo-Jogja, ditambah dengan aktivitasnya sebagai asisten dosen dan sebagai seorang aktivis organisasi, sertaharus mempersiapkan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Meskipun saat itu merupakan masa yang sibuk, Mantas tetap menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan agama.

Pria yang mempunyai minat di bidang keairan dan transportasi ini, sedang mempersiapkan untuk melanjutkan pendidikannya. Menurutnya, melanjutkan kuliah di luar negeri ataupun dalam negeri itu intinya sama, yaitu menuntut ilmu. Namun, Mantas berharap semoga bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri, seperti Jerman, Jepang, Belanda,atau Korea.[](azaria.red.uns.ac.id)

The post Rian Mantasa, Cumlaude dengan IPK Sempurna appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Indira Nurul Qomariah, Pejuang Konservasi Lingkungan

$
0
0

indira

Indira Nurul Qomariah, mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA UNS angkatan 2011 ini resmi dinyatakan sebagai duta lingkungan hidup oleh US Embassy (Kedutaan Besar Amerika) pada 30 Maret 2015. Ia adalah satu-satunya mahasiswa UNS yang lolos dalam ajang bergengsi Youth South East Asia Leadership Insiative (YSEALI).
Dengan latar belakang Biologi, didukung dengan pengalaman pengabdiannya di Center for Orangutan Protection (COP) dan Solo Berkebun, perempuan kelahiran 14 Mei 1993 ini sukses memaparkan gagasan dalam esai menyoal food-waste (sampah berupa makanan sisa) yang banyak diproduksi di restoran dan rumah makan di Indonesia. Esai inilah yang mengantarkan dirinya mengikuti ajang bergengsi di Kamboja selama seminggu.
Selain sukses menjadi duta lingkungan hidup, mahasiswa yang pernah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Weh, Sabang, Aceh ini ternyata juga berprestasi dalam bidang akademik. Di antaranya ia pernah menjadi asisten praktikum pada beberapa mata kuliah dan juga koordinator kelompok studi bioteknologi. Tahun 2015, Indira berhasil meraih gelar sarjana sains dengan skripsinya yang berjudul “Perilaku harian lutung jawa pasca rehabilitasi dan pelepasliaran di Gunung Biru, Batu, Jawa Timur”.
Walaupun sudah dinyatakan lulus, Indira tetap menekuni bidang konservasi hewan guna menjaga dan melestarikan lingkungan yang hampir saja rusak parah ini. Kecintaannya pada lingkungan membuatnya benar-benar layak menjadi seorang duta lingkungan hidup. [](afifah.red.uns.ac.id)

The post Indira Nurul Qomariah, Pejuang Konservasi Lingkungan appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Syayma, Calon Dokter Ini Juga Seorang Hafidzah

$
0
0

Syayma-Karimah1Cantik dan menawan. Begitu kesan pertama yang akan kita dapatkan ketika bertemu dengan mahasiswa asal Depok, Jawa Barat ini. Ia merupakan salah satu hafidzah (penghafal al-Qur’an) yang ada di UNS. Kesibukannya belajar di Pendidikan Dokter FK UNS, tak membuatnya berhenti untuk terus menjaga hafalan al-Qur’an. Bersama rekan-rekan sejawat, Syayma biasa melakukan aktivitas ngajinya di Pondok Pesantren Mahasiswa Ar Royyan, Jebres, Surakarta.

Alumni SMA IT Al Kahfi Bogor ini terbiasa untuk menggunakan waktu sebaik mungkin. Maka tidaklah heran, kesibukannya sebagai seorang calon dokter tidaklah mengganggunya untuk terus berkarya. Terutama di organisasi yang tengah digelutinya yang mana ia mendapat amanah sebagai wakil ketua umum IQ (Ilmu Qur’an) UNS. Beberapa kegiatan lainnya yaitu delegasi MTQ Nasional dan menjadi pengajar di kajian mahasiswa putri maupun ibu-ibu di wilayah Kota Surakarta.

Diusianya yang memasuki 21 tahun, Syayma juga sukses menjadi seorang pebisnis. Bisnis yang tengah digelutinya yaitu jilbab langsung pakai. Dari bisnis tersebut, adik dari CEO Sop Durian ini dapat meraup untung hingga 15-20 juta per bulan. Syayma pun berhasil membutikan kapasitasnya dengan menjadi salah satu penerima manfaat Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) angkatan 5. [](red.uns.ac.id)

The post Syayma, Calon Dokter Ini Juga Seorang Hafidzah appeared first on Universitas Sebelas Maret.

Viewing all 1144 articles
Browse latest View live